Tuesday, 28 July 2009

Dialah Bunga Teratai di kolam yang kotor

“Saya memilih JK berdasar jejak rekam dan kiprahnya dalam politik kebangsaan selama 10 tahun terakhir, yang saya nilai positif dan berani. Seandainya JK lahir di Jawa, Kalimantan, atau Ende, tetapi dengan jejak rekam yang sama, saya tetap memilihnya,” demikian paparan Ahmad Syafii Maarif sebagaimana ditulis dalam opininya di sebuah media cetak.

Pilpres memang sudah usai dan pemenangnya sementara ini adalah pasangan Sby-Budi, bagi saya ini bukan persoalan menang atau kalah tapi lebih dari itu, karena ini persoalan benar atau salah. Bagi saya JK tetaplah presiden di hati saya, tapi munkin karena partai yang mendukungnya adalah partai eranya orde baru maka tidak heran kalau dalam pilpres kemarin beliau hanya mengumpulkan 12,41% suara.

Sayang sekali memang, karena beliau bagaikan Bunga Teratai dikolam yang kotor dan lebih disayangkan lagi bahwa rakyat indonesia lebih melihat kepada kolamnya dan bukan pada Bunga Teratai-nya, padahal dimata saya JK adalah seorang tokoh yang unik dan menarik karena sikap rendah hati, egaliter dan sederhananya, menjadikan sosok JK sebagai inspirasi bagi lainnya. Dalam proses perjalanan NKRI, kiprah JK tak bisa dipandang sebelah mata. Proses damai di Aceh, Ambon dan daerah konflik lainnya tak lepas dari sikap humanis JK yang menonjol. Ketauladanan JK tetap akan menjadi bekal bagi generasi mendatang .....

Kini beliau siap2 pulang kampung sesuai dengan janji politiknya untuk pulang kampung jika kalah dalam pilpres, satu yang tak pernah tertinggal adalah senyum khasnya. Senyum yang selalu menghiasi bibir capres yang hanya mengumpulkan 12,41% suara itu....

Selamat jalan Pak JK, bagaimanapun bunga teratai akan tetap indah meskipun berada di kolam yang kotor, smoga pengabdianmu kepada bangsa dan negara tetap berjalan walaupun anda bukan presiden terpilih bangsa ini ... karena dihati saya Pak JK tetaplah Presiden .......

Friday, 24 July 2009

Ketika Sebuah Amanah diperebutkan .....

Jelang penetapan hasil pilpres, kantor KPU dijaga ketat. Sebuah tank dan panser disiagakan di depan Gedung KPU. Jl Imam Bonjol pun ditutup dengan gulungan kawat berduri. Pantauan detikcom, Sabtu (25/7/2009) pukul 09.00 WIB, ratusan personel Polri dari berbagai kesatuan sudah berjaga di sekitar kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Mereka tampak menenteng tameng dan pentungan kayu ..... Demikian kutipan berita hari ini...

tapi tidak berlaku demikian dengan Pemilihan Ketua RT, memang keduanya sama-sama amanah yang akan dipertanggung jawabkan kelak di kemudian hari, tapi keduanya berbeda 180 derajat, yang satu diperebutkan setengah mati dan yang lainnya ditolak mati-matian. Yang satu merupakan amanah yang sangat bergengsi (entah munkin dari segi salary, catatan sejarah, status sosial, atau bahkan juga pensiun munkin he he he) dan yang lain merupakan amanah yang sekadar amanah, ( apa toh maksudnya Pak E ???? ).... ironis memang.

Bagi yang menang di pilpres munkin bisa nerima dengan legowo....gimana ga legowo orang menang...lah bagi yang kalah ....nanti dulu...., saya lihat sikap kedua kubu yang kalah akan menolaknya, misalnya dengan tidak mau menandatangani hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan presiden (pilpres) 2009 dan juga dengan melakukan gugatan atas kecurangan-kecurangan seperti money politik, ketidakberesan DPT, adanya pemilih ganda entah karena bisa menggunakan KTP di TPS yang berbeda dengan lokasi dimana orang tersebut terdaftar asal masih dalam satu RW atau dengan cara lain dll dll. Bahkan salah satu jubir kandidat pilpres mengatakan "Kita sudah mengumpulkan sekitar 150 temuan kecurangan dan kami siapkan bukti-buktinya," ungkapnya..... Kalau memang bukti2 itu kuat dan benar adanya, saya pikir ini bukan persoalan menang atau kalah. Tetapi tentang BENAR atau SALAH dan prinsip bangsa ini yang harus maju secara demokratis, baik, benar dan jujur.

Menanggapi itu semua berbagai komentar tentu saja keluar dari smua pihak yang mengaku dirinya Tim Pemenangan Pemilu, JurKam, Jubir dan yang sejenisnya, Ironisnya ada seorang doktor yang merupakan jurkamnya salah satu kandidat mengatakan....dulu katanya siap menang dan siap kalah....ha ha ha, Oklah munkin pernyataan siap menang dan siap kalah dalam konteks pemilu yg jurdil sah2 saja dikatakan dan berbeda dengan hasil pemilu yang dilaksanakan dengan kondisi semerawut dedel duel seperti ini, kalau salah satu pihak yang kalah merasa dicurangi dengan suatu sebab dan didukung bukti2 yang valid....tentu saja tidak siap kalah...logika sederhananya begini kalo anda ikut lomba bawa kelereng di acara 17an, trs salah satu lawan anda dengan sengaja menyenggol anda yang menyebabkan kelereng anda jatuh dan kemudian anda dinyatakan kalah oleh Juri, Pertanyaan berikutnya Apakah anda siap kalah???...tentu tidak donk, sebisa munkin tentu akan melakukan protes, gugatan dll dll, terlepas nanti gugatannya di dengar dan di menangkan atau gak di dengar dan dikalahkan, itu urusan lain.

dari seorang anak bangsa yang Turut Prihatin dengan kondisi ini.....