“Saya memilih JK berdasar jejak rekam dan kiprahnya dalam politik kebangsaan selama 10 tahun terakhir, yang saya nilai positif dan berani. Seandainya JK lahir di Jawa, Kalimantan, atau Ende, tetapi dengan jejak rekam yang sama, saya tetap memilihnya,” demikian paparan Ahmad Syafii Maarif sebagaimana ditulis dalam opininya di sebuah media cetak.
Pilpres memang sudah usai dan pemenangnya sementara ini adalah pasangan Sby-Budi, bagi saya ini bukan persoalan menang atau kalah tapi lebih dari itu, karena ini persoalan benar atau salah. Bagi saya JK tetaplah presiden di hati saya, tapi munkin karena partai yang mendukungnya adalah partai eranya orde baru maka tidak heran kalau dalam pilpres kemarin beliau hanya mengumpulkan 12,41% suara.
Sayang sekali memang, karena beliau bagaikan Bunga Teratai dikolam yang kotor dan lebih disayangkan lagi bahwa rakyat indonesia lebih melihat kepada kolamnya dan bukan pada Bunga Teratai-nya, padahal dimata saya JK adalah seorang tokoh yang unik dan menarik karena sikap rendah hati, egaliter dan sederhananya, menjadikan sosok JK sebagai inspirasi bagi lainnya. Dalam proses perjalanan NKRI, kiprah JK tak bisa dipandang sebelah mata. Proses damai di Aceh, Ambon dan daerah konflik lainnya tak lepas dari sikap humanis JK yang menonjol. Ketauladanan JK tetap akan menjadi bekal bagi generasi mendatang .....
Kini beliau siap2 pulang kampung sesuai dengan janji politiknya untuk pulang kampung jika kalah dalam pilpres, satu yang tak pernah tertinggal adalah senyum khasnya. Senyum yang selalu menghiasi bibir capres yang hanya mengumpulkan 12,41% suara itu....
Selamat jalan Pak JK, bagaimanapun bunga teratai akan tetap indah meskipun berada di kolam yang kotor, smoga pengabdianmu kepada bangsa dan negara tetap berjalan walaupun anda bukan presiden terpilih bangsa ini ... karena dihati saya Pak JK tetaplah Presiden .......
Tuesday, 28 July 2009
Dialah Bunga Teratai di kolam yang kotor
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment